Friday, March 23, 2007

busana muslim collection

mengkresikan busana muslimah





Sejak beratus tahun masyarakat Indonesia telah bergaul dengan berbagai bangsa yang datang ke Nusantara. Akulturasi terjadi secara damai, termasuk dalam cara berpakaian.


Uniknya, meskipun Islam memberi pengaruh besar pada Indonesia, tetapi kita tidak menjadi seperti Arab. Banyak suku bangsa di Indonesia yang dalam pertemuannya dengan Islam menghasilkan kebudayaan yang khas.

Dalam berbusana, akulturasi itu juga terjadi. Proses yang tidak pernah berhenti ini setiap masa selalu menghasilkan gaya berbusana sesuai semangat zaman.

Mulai pertengahan 1980-an, berbusana muslimah dilihat tidak lagi cukup hanya dengan menutup kepala dengan selendang seperti layaknya masa-masa sebelumnya. Menutup rapat seluruh bagian tubuh yang dianggap aurat dipandang sebagai cara yang lebih pas. Bagian tubuh yang dapat diperlihatkan di tempat umum hanyalah wajah, telapak tangan, dan kaki.

Meskipun begitu, pakaian tetaplah memiliki fungsi sosial sebagai alat komunikasi dan ekspresi pemakainya. Karena itu, tidak mengherankan bila busana muslimah pun terus mencari bentuk-bentuk baru, hal yang direspons oleh Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia sejak pertengahan 1990-an. Hal itu didorong pula tingginya kebutuhan mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim.

Alternatif

Mencari busana yang cocok dengan kepribadian amat penting. Hal itu yang dirasakan Tini Sardadi, pemilik usaha aksesori Art Kea, ketika mulai mengenakan busana muslimah sekitar awal tahun ini.

”Saya sering bertemu teman yang mengatakan tidak cocok memakai baju muslim karena merasa tidak menjadi diri sendiri,” kata Tini yang juga sempat memiliki perasaan yang sama.

Maklum, yang tersedia di pasar umumnya busana bergaya tunik atau abaya penuh payet dan bordir, sementara tidak semua orang merasa sreg mengenakan baju berpayet, bermanik, dan berbordir pada saat bekerja, misalnya.

”Bukannya tidak indah, semua bagus-bagus saja. Saya hanya ingin ada alternatif sehingga ada banyak pilihan yang bisa kita dapat,” tambah Tini.

Keinginan memberi alternatif itu yang dia tawarkan melalui buku 1001 Ide Kreatif Art Kea yang baru diluncurkan tengah bulan ini. Di dalam buku yang ditulis bersama Ami Wirabudi itu ditawarkan berbagai busana karya perancang busana Indonesia, dilengkapi petunjuk pemakaian tutup kepala.

Seperti diperlihatkan buku itu, busana muslim dapat berasal dari nonbusana muslim yang kemudian dipadukan dengan kerudung sehingga memenuhi aturan yang ada.

”Kami ingin menunjukkan kita tetap dapat mengenakan busana yang sudah ada yang kemudian kita kreasikan. Kerudungnya pun disesuaikan dengan udara tropis Indonesia yang panas dan lembab dengan hanya pakai satu lembar syal,” kata Tini. Pemakaian satu selendang ini juga untuk mengurangi kemungkinan pendengaran terhalang akibat mengenakan syal berlapis-lapis. Ditawarkan pula berbagai cara mengenakan kerudung yang disesuaikan dengan bentuk wajah.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home